proposal tesis

PROPOSAL TESIS

PROFESIONALISME GURU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN

( Studi kasus di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Dawu Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi )

Diajukan untuk memenuhi

Persyaratan  memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam

Oleh

AVI DWI MARIANI

NIM    : 080877

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS DARUL ‘ULUM JOMBANG

2010

ABSTRAK

Avi Dwi Mariani, 080877, Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Dawu Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2008/2009.

Dalam dunia pendidikan   banyak   faktor yang   mempengaruhi kemampuan anak didik dalam mengikuti   Proses   Belajar   Mengajar (PBM) dalam kelas. Salah satu faktornya adalah   kualitas   pembelajaran   yang  di  sampaikan  oleh Guru kepada mereka. Untuk   dapat     mencapai    kualitas    pembelajaran    seperti yang  di inginkan di perlukan   Guru-guru   yang   Profesional.   Dan   penelitian  ini akan  mempelajari tentang   Profesionalisme   guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Sebagai   sampel   penelitian   ini adalah   guru di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Dawu Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan 3  (tiga) cara, yaitu :

  1. pengamatan secara langsung
  2. Pengamatan tidak langsung
  3. Metode Angket

Pengamatan   secara   langsung   adalah   dengan cara  melihat  langsung  sistem Pembelajaran  yang   sedang  di   laksanakan,    Pengamatan  tidak langsung adalah dengan  cara  melihat  foto-foto,  piala ataupun piagam-piagam  yang  menunjukan kaitan dengan   kualitas   pembelajaran.   Sedangkan metode angket adalah dengan memberikan pertanyaan secara tertulis   kepada beberapa guru yang pertanyaanya berkaitan dengan kualitas pembelajaran.

Dalam penelitian ini di temukan faktor-faktor yang merupakan hambatan dalam meningkatkan    kualitas    pembelajaran  di    Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Dawu KecamatanParon Kabupaten Ngawi. Dari hasil perhitungan data , maka dapat diketahui bahwa sebanyak 7 respondent yang menjawab hambatan guru dalam meningkatkan kualitas pengajaran, yakni karena kurangnya sarana dan prasarana sebanyak 2 respondent atau 28,57% yang menjawab kadang-kadang disebabkan lemahnya sarana dan prasarana yang mendukung sebanyak 1 respondent atau 14,28%, dan yang menjawab karena lemahnya sarana dan prasarana yang mendukung sebanyak 4 respondent atau 57,14%.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa hambatan guru dalam meningkatkan kualitas pengajaran sebagian besar menjawab bukan karena lemahnya sarana dan prasarana yang ada tetapi juiak guru memiliki keinginan unuk lebih berkreatif maka dengan sendirinya sarana dan prasarana pendidikan akan bisa sekaligus bisa dimanfaatkan.

ABSTRAC

In the world of education many factor influence pupil ability in follow process learn teach (pbm) in class. one of [the] the factor quality study at submit by teacher to them. To can achieve quality study such as those which at want at beed teachers professional. and watchfulness this will study about professionalism teacher in will increase study quality.

As sample watchfulness this noodle teacher of Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Dawu, district Paron regency Ngawi. as to data collecting technique uses 3 (three) manners, that is:

1. observation directly.

2. observation not direct.

3. inquiry method.

Observation according to direct by is see direct study system at is executing, observation not direct with manner see photos, cup and or charters demo hook with quality study. while inquiry method with give question in writing to several teachers pertanyaa related to study quality.

In this watchfulness is at finds factors that be obstacle in increase quality study at noodle teacher of Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Dawu district Paron regency ngawi. from data calculation result, so knowable that as much as 7 respondent that answer teacher obstacle in increase instruction quality, that is because tool undercommunication and infrastructure as much as 2 respondent or 28,57% that answer sometimes caused the weak tool and infrastructure that support as much as 1 respondent or 14,28% and answer because the weak tool and infrastructure that support as much as 4 respondent or 57,14%.

Thereby knowable that teacher obstacle in increase instruction quality a large part answer bot because of the weak tool and existing infrastructure but juiak has willing unuk more berkreatif so by itself tool and education infrastructure can all at once can be maked use.

PROFESIONALISME GURU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN

( Studi kasus di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Dawu Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi )

A. Latar Belakang Masalah

Mengajar pada hakekatnya adalah membimbing aktivitas belajar murid. Aktifitas murid dalam belajar sangat diperlukan agar belajar menjadi efektif dan dapat mencapai hasil yang optimal. Agar dapat mengajar secara efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantiatas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar murid dapat ditingkatkan dengan cara mengajar yang tepat waktunya. Hal ini berarti kesempatan belajar makin banyak atau optimal dan guru menunjukkan keseriusan dalam mengajar sehingga dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk belajar. Semakin banyak siswa aktif dalam belajar makin tinggilah kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya.seperti yang termaktub dalam dalam surat  Mujadalah : 11

يَاَيُّهَاالَّذِينَ امَنُوْا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْفِي اْلمَجَلِسِ فَافْسَحُوْايَفْسَحِ الله لَكُمْ ج وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْافَانْشُزُوْا يَرْفَعِ الله الَّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَتٍقلي وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya:  Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepada kamu “Berilah kelapangan di dalam Majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan”Berdirilah kamu”, maka berdirilah,Niscaya Allah akan mengangkat (derajat)orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan (Q.S Al Mujadalah : 11)

Adapun untuk meningkatkan kreativiatas guru dalam mengajar hendaknya guru mau merencanakan program pengajaran dan sekaligus mampu pula melaksanakannya dalam bentuk pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Bila guru berhasil melaksanakan dengan baik, akan tampak perubahan-perubahan yang berarti pada siswa-siswinya, antara lain timbul sikap positif dalam belajarnya dan prestasi belajarnya meningkat.

Bagi guru sendiri keberhasilan tersebut akan meningkatkan rasa percaya diri dan semangat mengajar yang tinggi. Hal ini merupakan keterampilan dasar mengajar yang perlu dibina dan dikembangkan sehingga ia menjadi guru yang benar-benar kreatif dan berprofesi dalam bidang keguruan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul penelitian : “Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Dawu Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi”.

  1. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan maka dalam kegiatan belajar mengajar terdapat kemerosotan gairah belajar yang ditandai dengan prestasi belajar yang rendah, dalam arti ketidakmampuan secara optimal.

Salah satu usaha untuk menumbuhkan semangat dan gairah belajar dengan memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa. Sehingga penulis berkeyakinan bahwa profesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting dan berperan penting terhadap prestasi yang diperoleh siswa.

Dengan demikian, ini semua tidak lepas dari berbagai masalah yang akan timbul, sehingga penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

  1. Adanya profesionalisme guru membuat anak kembali memiliki semangat dalam belajarnya
  2. Semakin profesional seorang guru, semakin baik prestasi yang diraih oleh siswa
  1. C. Pembatasan Masalah

Bertolak dari identifikasi masalah yang penulis uraikan diatas, mengingat pula terbatasnya waktu, biaya, dan pengetahuan yang penulis miliki serta efisiensi tenaga maka penulis hanya membatasi masalah sebagai berikut : “Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di MI Islamiyah Dawu Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi”.

D. Rumusan Masalah

Sedangkan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Apakah bentuk-bentuk profesionalisme guru dalam meningkatkan     kualitas pembelajaran di MI Islamiyah Dawu  Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2009/20010 ?
  2. Adakah faktor penghambat guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di MI Islamiyah Dawu  Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010 ?
  3. Bagaimana upaya guru dalam mengatasi hambatan kualitas pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Dawu Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010 ?

E. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk profesionalisme guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Dawu Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010.
  2. Untuk mengetahui faktor penghambat profesionalisme guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Dawu Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2008/2009.
  3. Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi hambatan kualitas pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Dawu Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010.
  4. F. Manfaat Penelitian
    1. 1. Bagi Peneliti

Untuk dijadikan pra-syarat menyandang gelar sarjana sekaligus ingin    mengetahui secara jelas pentingnya profesionalisme guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Sehingga dengan mengetahui keprofesionalitas yang dimiliki oleh guru itu bisa di jadikan keteladanan unuk peneliti yang nantinya juga terjun di dunia kependidikan.

2.   Bagi Guru

Dapat dijadikan bahan masukan tentang pentingnya profesionalisme guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga apabila belum meningkatkan profesionalismenya secepat mungkin melakukan dengan berbagai cara. Dengan demikian guru dapat memperbaiki kualitas pembelajarannya dengan sebaik-baiknya.

Apalagi  jaman terus berkembang, di mana dunia pendidikan pun terus mengalami perkembangan jaman, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih. Oleh sebab itu sangat diperlukan peningkatan profesionalisme guru sehingga dengan profesionalismenya itu guru bisa lebih baik memperbaiki atau meningkatkan kualitas pengajarannya. Dengan demikian anak didik dapat menambah wawasan pengetahuan dengan sebaik-baiknya.

3. Bagi Pembaca

Dapat dijadikan tambahan pengetahuan tentang pentingnya profesionalisme guru dalam meningkatkan kualitas pengajarannya. Selain itu pembaca bisa memberikan masukan yang terbaik tentang profesionalisme guru dalam meningkatkan kualitas pengajaran. Dengan kata lain dengan saran yang diberikan oleh pembaca dapat dijadikan cerminan sekaligus bisa dijadikan instropeksi diri bahwa selama ini cara mengajarnya masih jauh dari kesempurnaan dan juga masih perlu perbaikan.

G. Kajian Pustaka

Pembahasana Tentang Profesionalisme Guru

  1. 1. Pengertian Profesionalisme Guru.

Kata profesionalisme berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian, seperti guru, dokter, hakim dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. (Nana Sujana, 1989 : 8)

Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru profesionalisme adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang terdiik adan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang hanya di bidangnya.

Yang dimaksud terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal saja tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan belajar mengajar

Guru sangat berperan dalam pengembangan sumber daya insani. Sepanjang masa guru tetap merupakan orang yang punya ciri khas dalam dunia pendidikan. Ia punya profil yang khusus. Oleh karena itu eksistensinya sebagai guru yang profesional sangat diperlukan dalam melaksanakan pembelajaran.

Profesional merupakan para ahli di dalam bidangnya yang telah memperoleh pendidikan atau pelatihan yang khusus untuk pekerjaannya itu. Para profesional dapat dilahirkan dari tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

  1. 2. Persyaratan Profesionalisme Guru.

Mengingat tugas dan tanggungjawab yang begitu komplek, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain :

  1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori  ilmu pengetahuan yang mendalam.
  2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesionalismenya.
  3. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
  4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan.
  5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.

Selain persyaratan tersebut, menurut hemat penulis sebetulnya masih ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam suatu profesi antara lain :

  1. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
  2. Memiliki klien/ objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan muridnya.
  3. Diakui oleh masyarakat karena memang memerlukan jasanya di masyarakat.
  1. 3. Ciri-ciri Profesionalisme Guru

Para profesional mempunyai ciri-ciri yang khusus mereka mengabdikan pada suatu profesi. Adapun ciri-ciri dari profesionalisme guru antara lain :

  1. Memiliki suatu keahlian khusus.
  2. Merupakan suatu panggilan hidup.
  3. Memiliki teori-teori yang baku secara universal.
  4. Mengabdikan diri untuk masyarakat dan bukan untuk diri sendiri.
  5. Dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi yang aplikatif.
  6. Memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaannya. Mempunyai kode etik.
  7. Mempunyai klien yang jelas.
  8. Mempunyai organisasi profesi yang kuat.
  9. Mempunyai hubungan dengan profesi pada bidang-bidang yang lain. (H.A.R. Tilaar, 2000 : 138)

Oleh sebab itu sebagai seorang pendidik yang profesional tentu akan berusaha semaksimal mungkin untuk terus meningkatkan profesinya sebagai pendidik, sehingga bisa mengembangkan pengetahuan yang dimiliki kepada anak didik sebanyak mungkin. Seorang pendidik yang profesional senantiasa memiliki keinginan dalam mengajar selalu mencari yang terbaik yang terbaik bagi bagi peningkatan mutu atau kualitas pendidikan dalam pembelajarannya. Hal demikian itu jarang dan sedikit sekali dimiliki oleh seorang pendidik yang materialistis, dimana kebutuhan ekonomi yang diutamakan, padahal dengan peningkatan ilmu pengetahuan yang dimiliki mampu memberikan segalanya. Selanjutnya semua itu kembali pada guru itu sendiri, apakah mau berusaha sekaligus memiliki keyakinan akan mengangkat derajat seseorang sebagai sosok manusia yang berguna bagi agama, nusa, bangsa dan Negara. Sebagaimana firman Allah SWT Al- Qur’an Surat Al Qoshos ayat 77 :

Artinya :  “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniamu”. ( QS. Al Qoshos :77)

  1. 4. Kode Etik Guru/ Pendidik.

Kalau didalam dunia kedokteran sudah lama dikenal dengan istilah kode etik dokter, dalan dunia jurnalistik ada kode jurnalisik dan lain-lainnya. Yang kesemuanya itu dimaksudkan untuk menjaga dan mempertahankan kemurnian profesi masing-masing. Begitu juga guru sebagai tenaga profesional di bidang kependidikan memiliki kode etik, yang dikenal dengan “Kode Etik Guru Indonesia”. Kode etik guru sangat diperlukan karena guru sebagai tenaga profesional memerlukan pedoman atau kode etik guru agar terhindar dari segala penyimpangan. Kode etik menjadi pedoman baiknya untuk guru yang memegang keprofesionalannya sebagai pendidik akan selalu berpegang pada kode etik guru. Sebab kode etik guru ini sebagai salah satu ciri yang harus ada pada profesi itu sendiri.

Sedangkan menurut Sardirman AM (1997 : 213) dalam bukunya Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar mengemukakan tentang kode etik guru, antara lain :

  1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-pancasila.
  2. Guru memiliki kejujuran profesionalisme dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
  3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
  4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
  5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupaun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
  6. Guru secara sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.
  7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
  8. Guru harus bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdian.
  9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijakanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. (Sardiman, 1997 : 150)

Pembahasan Tentang Kualitas Pembelajaran

  1. 1. Pengertian Kualitas Pembelajaran

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Selanjutnya pembelajaran merupakan penyampaian pengetahuan kepada anak didik, menurut pengertian ini berarti tujuan dari siswa itu sekedar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Sebagai konsekuensi pengertian semacam ini dapat membuat suatu kecenderungan anak menjadi pasif, karena hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan gurunya. Sehingga model ini bersifat “Teching centered”. (Sardiman, 1997 : 150)

  1. 2. Bentuk-bentuk Kualitas Pembelajaran

Dalam meningkatkan kualitas pengajaran sebagai seorang pendidik dalam proses pendidikan bukan hanya menekankan dimensi imtaq dan mengabaikan iptek. Jika hal demikian maka di khawatirkan hanya akan menghasilkan generasi-generasi konsumen (pengguna) iptek di masa depan,yang hanya memiliki kepekaan moral dan sosial religius tetapi tidak memiliki kepekaan intelektual serta kreativitas dalam pengembangan iptek. ( Muhaimin, 1998 : 189-192)

pandangannya, tanpa memperlihatkan perbedaan yang ada.

  1. 3. Hambatan Guru dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.

Ada beberapa hal yang menjadi hambatan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya, antara lain :

  1. Kurang daya inovasi.
  2. Lemahnya motivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
  3. Ketidak-pedulian terhadap berbagai perkembangan
  4. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung (Lucy Chesar Jacobe Donald Ari, 1982 : 183)

Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.

Agama Islam memberikan penghargan yang tinggi terhadap pendidik atau guru, bahkan ditempatkan setingkat di bawah kedudukan nabi dan rasul. (Muhaimin, 1998 : 209)

H. Kerangka teori

Sebelum menjelaskan tentang fungsi teori dan hipotesis dalam penelitian, maka terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian teori dan hipotesis.

Winarno Surachmad mengemukakan “Teori adalah sesuatu yang dibutuhkan sebagai pandangan pokok secara umum, sedangkan hipotesis dibutuhkan sebagai penjelasan problematika yang dicari pemecahannya” (Indrakusuma, 1983 : 63). Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika faktor membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesa sangat tergantung kepada hasil-hasil penyelidikan terhadap fakta yang dikumpulkan. (Hadi, 2001 : 63) Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian teori adalah merupakan alat yang diperlukan dari sesuatu pengetahuan, sedangkan hipotesis adalah dugaan sementara yang perlu dibuktikan kebenarannya.

  1. 1. Fungsi Teori dalam Penelitian

Pemakaian teori sebagai arah dalam penelitian untuk memberikan petunjuk yang pasti dan mendahului kenyataan hasilnya, sesuai dengan pendapat Sri Adji Suryadi menyatakan bahwa: fungsi teori dalam penelitian adalah:

  1. Sebagai sarana untuk mengadakan penggolongan
  2. Sebagai sarana untuk menganalisis dan klasifikasi dari faktor-faktor
  3. Sebagai sarana pembentukan hipotesis (Suryadi, 1986 : 22)

Selanjutnya Kuncoro Ningrat mengemukakan juga tentang fungsi teori sebagai berikut:

  1. Mengumpulkan generalisasi dari fakta-fakta pengamatan.
  2. Sebagai kerangka untuk analisis dan klasifikasi dari fakta-fakta yang dikumpulkan dalam penelitian.
  3. Teori memberikan ramalan terhadap gejala-gejala baru yang terjadi.
  4. Teori juga memberikan lowongan-lowongan dari pengetahuan kita tentang gejala yang telah dan akan terjadi (Kuncoro, 1981 : 25)

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi teori dalam penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Memberikan pegangan bagi pihak peneliti
  2. Membantu peneliti dalam pembentukan hipotesis
  3. Menentukan dan memberikan arah dalam penelitian
  4. Membantu peneliti untuk menetapkan tujuan
  5. 2. Fungsi Hipotesis dalam Penelitian

Hipotesis adalah teori yang harus dibuktikan kebenarannya karena hipotesis itu merupakan perumusan dari deduksi yang didasarkan pada sumber-sumber hipotesis melulu yang hanya disimpulkan dari kenyataan yang konkrit, hipotesis yang demikian kerap kali disebut deskriptif.

Hipotesis merupakan dugaan atau mendahului kenyataan yang mungkin benar atau mungkin salah, maka kemungkinan hipotesis yang digunakan itu salah mungkin juga penelitiannya yang salah. Hipotesis dapat diterima apabila fakta membenarkannya dan hipotesisnya ditolak jika fakta menyalahkan, jadi belum merupakan kesimpulan final, oleh karena itu hipotesis perlu diuji kebenarannya.

Menurut Sutrisno Hadi yang dimaksud hipotesis itu adalah “Praduga yang mungkin benar atau mungkin salah, dia mungkin ditolak jika salah atau palsu dan diterima jika fakta-faktanya membenarkannya atau membetulkannya”. (Hadi, 1982 : 65)

Sedangkan menurut Winarno Surachmad hipotesis adalah “Perumusan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dimaksud sebagai tuntunan sumber penyelidikan untuk mencapai jawaban”. (Surachmad, 1985 : 63)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian hipotesis adalah dugaan terhadap suatu permasalahan yang harus diuji kebenarannya.

Selanjutnya mengenai fungsi hipotesis dalam kaitannya dengan penelitian, Winarno Surachmad mengemukakan bahwa fungsi hipotesis adalah sebagai berikut:

  1. Untuk menjelaskan masalah
  2. Sebagai petunjuk metodologi cara bekerja
  3. Untuk dipakai sebagai patokan mengenai cara bekerja
  4. Untuk menyusun langkah-langkah dan pembuktian penelitian (1975, Surachmad : 39)

Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Sebagai tuntunan sumber penyelidikan untuk mencari jawaban
  2. Sebagai petunjuk dan patokan mengenai cara-cara bekerja dalam penelitian
  3. Sebagai langkah awal dalam menyusun pembuktian penelitian
  4. I. Metode Penelitian
    1. 1. Penentuan Responden Penelitian

Masalah daerah penelitian tidak ada ahli yang menetapkan bagaimana dan dimana daerah penelitian yang boleh diteliti, demikian juga mengenai besar kecilnya jumlah responden penelitian atau sampel.

Sampel dalam suatu penelitian merupakan suatu unit dari populasi yang diharap dapat memberi gambaran populasi secara keseluruhan. Sejauh mana sampel dapat memberi gambaran ciri-ciri dari populasi, disinilah letaknya representatif atau tidak representatifnya sampel penelitian. Dalam hal sampel Sutrisno Hadi bahwa :

Populasi adalah seluruh individu atau keseluruhan subjek penelitian. (Arikunto, 1999 : 102)

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.                  ( Arikunto,1999 : 104)

Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat menentukan daerah penelitian yaitu MI Islamiyah Dawu Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi, dengan populasi guru sebanyak 7 orang.

  1. 2. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis mempergunakan metode sebagai berikut :

a.   Metode Observasi

  1. Metode Angket
  2. Metode Dokumentasi
  3. Metode Interview

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahan, Proyek Penggandaan Kitab Suci Al Qur’an, Jakarta, 1991

A. Ahmadi , Pendidikan Dari Masa ke Masa, Armico, 1987

A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994

Ahmad Tafsir, Pendidikan dalam Perspektif Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta, 1994

H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rineke Cipta, Jakarta, 2000

Joko Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Setia, Jakarta, 1997

Lucy Chesar Jacobe Donald Ari, Introduction to Research in Education, Usaha Nasional, Surabaya, 1982

Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Rineke Cipta, Jakarta, 1997

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Yang Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994

Muhaimin, Dakwah Islamiyah di Tengah Transformasi Sosial, Karya Abditama, t.t., Surabaya

Nana Sudjana, Metodologi Riset, Andi Offset, Yogyakarta, 1994

Nana Sudjana, Pengantar Statistik Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta, 1989

Nasution, S., Methodologi Penelitian Ilmiah, Jermmasr, 1987

Nur Ali Rahmad, Strategi Belajar Mengajar, Rineke Cipta, Bandung, 1996

Sadirman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja Grafinda Persada, Jakarta, 1997

Suharsimi Arikuntho, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, PN. Bina Aksara, Jakarta, 1986

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, PN. Rajawali, Jakarta, 1983

Sutrisno Hadi, Methodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta, 1989

Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Jakarta, 1994

Tinggalkan komentar